Kenangan dan Obsesi

0
6832

Di penghujung bulan Desember ini di saat euforia orang ingin untuk menyongsong datang nya tahun baru Masehi, di benak dan pikiran kita  ada dua hal yang membayangi, yaitu: memori atau kenangan dari waktu yang telah terlewatkan, serta adanya harapan, impian, obsesi atau yang biasa juga disebut adalah resolusi.

Kenangan dari waktu yang telah terlewatkan, terkadang mengingatkan kita kepada orang dekat yang kita cintai, memori indah kebersamaan dengan nya menginginkan kita agar bisa menarik waktu lalu agar bisa kembali, orang yang dekat dengan kita, telah pergi meninggalkan kita, dia bisa ibu atau ayah kita, bisa suami atau istri kita, bisa anak, sahabat karib, tetangga, dan lain-lain.  Tapi itulah putaran roda kehidupan, waktu yang telah lalu hanya bisa dijadikan kenangan, keberadaan nya hanya bagian dari memori kehidupan, dia adalah bagian dari waktu kita tidak bisa rubah lagi, mungkin pada sisi itu tersimpan ada cinta, ada senyum, ada senang, ada bahagia, tetapi dia bisa juga bagian kumpulan cerita  sedih,linangan air mata,harapan yang tak sampai, kecewa atau penyesalan.

Hidup itu adalah kumpulan waktu, dan esensi dari waktu adalah produktivitas dalam beramal, klasifikasi waktu hanya terbagi pada tiga bagian, waktu lalu, waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Allah berfirman: “Allah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa diantara kamu yang paling baik amalan nya, dan dia (Allah) maha gagah lagi maha pengampun”. (QS: Al-Mulk: 2).

“kenangan” dari perginya orang-orang yang kita cintai, memberikan kita satu pelajaran bahwa kehidupan ada batas akhir nya, yaitu kematian, saat yang lalu, mereka yang telah pergi  diantaranya, mungkin ayah atau ibu kita, suami atau istri, anak, sahabat, tetangga, tetapi mungkin saat ini atau esok bisa “kita”, atau ada kejutan lain, orang yang mungkin paling kita cintai, atau sebalik nya orang yang kita benci.

Kematian bukan akhir segala-gala nya, kematian adalah “pintu gerbang” untuk menuju akhirat, dan akhirat adalah kehidupan abadi, tempat pertanggung-jawaban dari episode kehidupan yang Allah telah berikan kepada kita.

Terlalu banyak kata bijak untuk memberikan ma’na dari kehidupan, misal: “Hiduplah untuk membela prinsip serta mempertahankan idealisme mu, karena kehidupan adalah aqidah (keyakinan) dan jihad (perjuangan), atau pepatah bijak untuk menyinggung kehidupan pemuda: “Kehidupan pemuda, demi Allah, harus di isi dengan ilmu dan ketakwaan, jika kehidupan pemuda tanpa ilmu dan takwa, maka hidup nya tidak bermakna sama sekali”, atau “engkau ingin meraih kesuksesan tetapi engkau tidak menempuh jalan-jalan nya, ketahuilah bahwa kapal itu tidak berjalan diatas daratan”, dan lain-lain.

Karena kehidupan itu adalah rentetan dari waktu ke waktu, maka memformulasikan kehidupan itu menjadi penting dan bahkan menjadi keniscayaan, hidup tidak bisa berjalan apa ada nya, karena hidup tanpa formulasi, tiada bedanya  dengan binatang melata, Allah berfirman: “Mereka makan, dan mereka bersenang-senang, bagaikan binatang ternak…” (QS: Muhammad:12), hidup juga tidak bisa mengalir seperti air, semuanya butuh perencanaan, karena waktu berjalan, tanpa perencanaan adalah kosong, dan ketika kosong menyebabkan kita pasif (non produktif), yaitu tidak mungkin menghasilkan produktifitas yang baik atau maksimal, hidup tanpa perencanaan, ibarat ibadah yang di kerjakan tanpa niat pasti batal dan tidak di terima,

Mari kita analisis hadist dari Umar bin Khattab (amirul mu’minin), ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw, bersabda: setiap amal itu bergantung niatnya,sesungguhnya setiap orang (akan di balas) berdasarkan apa yang dia niatkan, siapa yang hijrah nya karena (ingin untuk mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul nya, maka hijrah nya kepada (keridhaan) Allah dan Rasulnya. Dan siapa yng hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia, atau karena wanita yang ingin di nikahinya maka hijrah nya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadist ini masuk dalam kumpulan hadist  Arba’in an-Nawawi, hadis ini juga di kategorikan sebagai “Ushulud-din” (pilar dan pokok dalam agama), artinya satu dari empat hadist yang penting (diantaranya hadist tentang melakukan amalan yang tidak ada tuntunan, hadist tentang halal haram dan terakhir hadist tentang penciptaan manusia dalam kandungan), hadist ini bukan hanya semata-mata berbicara tentang niat dan keikhlasan, tetapi juga berbicara tentang tujuan dan orientasi hidup, dan juga berbicara tentang perencanaan di awal waktu dan pekerjaan pada persepektif “manajemen”.

Ada sebagian orang yang mengaitkan jika berbicara tentang agama atau hal yang bersifat spiritual (ruhiyah), selalu berkaitan dan berhubungan dengan kematian, artinya orang yang shaleh dan taat beragama itu berarti mempersiapkan akan bekal dari kematian nya, satu sisi mungkin iya, karena ibadah dan amal yang di kerjakan adalah bekal seseorang untuk akhirat, tetapi hal yang lebih dalam sesungguhnya berbicara tentang “agama dan syariat” adalah berbicara tentang kehidupan dengan ma’na yang luas, baik kehidupan sementara di dunia, maupun kehidupan kekal di akhirat nanti, sama hal nya ketika berbicara tentang zuhud “kesederhanaan dan kebersahajaan”, zuhud tidak selalu identic dengan kefakiran, papa, lemah, semrawut dan apa ada nya, zuhud juga harus di gandengkan dengan izzah (kemuliaan dan kewibawaan), walaupun saya tidak ingin untuk mebahas panjang tentang zuhud dan izzah ini, yang menurut saya adalah satu paket dan saling berkaitan.

Lalu apa yang di gadang-gadang orang pada saat momen Tahun Baru, tentu adalah harapan baru serta semangat baru dan ada resolusi, saya lebih pas menyebutkan nya dengan istilah obsesi, obsesi itu penting, karena obsesi adalah bagian dari target dan tujuan, sebegitu indah nya obsesi, sehingga orang rela untuk bersakit-sakit dahulu untuk mendapatkan impian, obsesi itu adalah bagian dari visi hidup, kehidupan tanpa obsesi adalah bagaikan malam tanpa bintang, atau bagaikan nahkoda yang berlayar tanpa kompas, atau pesawat yang tebang tannpa GPS (global positioning system). Mengapa orang mau berjuang dan berkorban, karena dibalik perjuangan dan pengorbanan pasti ada harapan, mengapa orang mampu bertahan di tengah kesulitan menghimpit, karena ada harapan yang dinantinya.

Ada kata bijak mema’nai dari obsesi hidup: “jadilah engkau seseorang yang kaki mu menginjakan bumi, tetapi cita-cita dan obsesi mu setinggi bintang surayyah di langit. Mari juga kita renungkan hadist yang di riwayatkan dari Anas Ra,Rasulullah bersabda: “Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma, maka apabila dia mampu untuk menanam nya sebelum terjadi nya kiamat maka hendaklah ia menanam nya.” (HR.Ahmad). hadist ini bukan hanya semata-mata menganjurkan untuk bercocok tanam, tapi juga jangan berputus asa, selagi ada waktu, kesempatan dan kemampuan maka bangunlah cita-cita dan obsesi.

Sesungguhnya mata rantai dari tahapan beramal itu adalah; dari pembentukan pribadi muslim, pembentukan keluarga muslimah, mengarahkan terbentuknya iklim kondisi sosial yan baik, serta terbentuk nya Negara yang berdaulat berdasarkan ridha Allah, dan yang terakhir adalah terbentuk nya peradaban dunia yang di dambakan.

Harapan kita sebagai seorang muslim adalah meraih ridha Allah, mengantarkan kita untuk mencapai surga Allah SWT.

(Tulisan ini sebagai kenangan atas meninggal nya almarhum kakak saya Amirudin yang meninggal beberapa bulan yang lalu)

Allahu a’lamu bis-shawab.

H..Syamsuddin Arfah, S.Pd.I, M.Si.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here